Paypal Bank Online

bisnis online dengan paypal. klik logo di bawah ini Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

rss

Sabtu, 26 Desember 2009

KEADILAN


Mereka panggil aku Rego
Karena mulutku yang terlalu besar berkata jujur
Suka berteriak pada siapa yang tak jujur
Aku Rego…
Peluhku telah habis terkucur, Jiwa jiwaku telah habis dicukur
Mereka para iblis dan setan yang memakan tanah liang kubur
Aku dicukur, Rego mereka kembali sebut namaku
Mereka teriakkan namaku, mencambuk kulit coklatku
“Rego jalan terus jalan” mereka gunakan bahasa cambuk
Peluhku telah bercampur luka, bukan hanya siang ini
Malam hari, saat awan menyelimuti mercuri
Darah dan peluhku masih mengalir
Bukan menggigil, tapi aku masih berdiri
Ingin aku berteriak “kembalikan duniaku”
Duniaku… duniaku… duniaku yang kau curi
Kebahagianan yang telah kau curi demi anak istri
Kau tak lihat aku sama denganmu, punya anak istri
Kemarin pagi aku berteriak di gedung hijau
Kata mereka gedung itu bisa membuat hijau
Tapi, mercy mercy yang parkir dahulu menelan suaraku
Aku Rego… datang kemari untuk keadilan
Hai para di meja itu, kembalikan duniaku
Mereka telah mencuri duniaku, kurung mereka dan kembalikan duniaku
Cukup aku dan teman temanku yang tersiksa
Terseret ke lembah itu, menjadi babu di dalam debu
Kau para penegak di gedung hijau
Ketukan panggulmu untuk mereka
Biar mereka jera, biar mereka tersiksa
Buat anak cucuku tak lagi menjadi babu
Aku rego… aku datang dan berteriak
Kembalikan duniaku, dunia yang telah dicuri dari jaman penjajahan
Dijajah oleh Negara asing itu telah membekas
Luka baru dijajah dijajah bangsa ku sendiri
Kembalikan duniaku, aku Rego… minta keadilan

oleh I Nyoman Alit Suwarbawa
Singaraja, 27 Desember 09

Kamis, 10 Desember 2009

CERITA SEORANG KAWAN

Secangkir kopi pengantar senja
Menanti sang raja kembali ke istana
Prajurit bintang penjaga langit
Mengiringi rembulam berjubah gelap

Aku yang tertawa mengenag cerita lalu
Dia tampar aku saat aku mulai lusuh
Kawan kini kau adalah rasaku
Rinduku yang terukir dalam kalbu
Jangan kau pernah hapus ceritaku dalam hari-harimu
Ingatkah kau saat aku mulai ragu
Kau bicara dan peluk aku,, kita bersama pasti mampu

Tapi waktu itu akhirnya tiba,,,
Apakah kau selembut dahulu
Sambil membenahi leher kemeja ku
Kau dan aku tegag berdiri
Meski sebentar lagi kau akan pergi
Menatap langit dalam lembayung senja
Kita berbeda dalam semua
Kecuali dalam persahabatan
Cahaya bulan menusuk ku
Dengan pertanyaan dalam balutan resahku
Kapan lagi kita akan bertemu
Menulis cerita tentang aku dan kau

Biar semua kutulis dalam kertas
Tinta dan pena akan berbicara,, tentang kita yang pernah bersama

ATA PaDi 9 Nov 09

Senin, 07 Desember 2009

MAWAR PENGHIAS MALAM

Mawar hitam yang tumbuh di tepi jalan
Mawar hitam penghias trotoar malam
Bercahaya sinar merkuri,, tak berduri dan berwarna pucat
Bunga-bunga yang tak bersari
Kini sudah tak terasa wangi,
Hanya sebagai saksi dari mimpi-mimpi yang terbeli

Mawar hitam yang tak berduri
Karena sari yang telah dicuri
Hanya menjadi penghias malam
Terhempas angin dan slalu tumbuh di semak belukar

Bunga-bunga yang tumbuh dimalam hari
Selalu mekar tapi bukan karena hujan
Ia tumbuh dari sentuhan angin malam
Dan hasahan pisau tajam

Mawar hitam di tepi jalan
Tak seorangpun mau memetiknya
Mawar hitam dalam dunia yang kelam
Selalu berteman dengan kupu-kupu nakal
Yang setia menemaninya tuk usir sepi

O,, mawar hitam yang malang
Dulu kau begitu wangi dan menjadi mimpi para kumbang
Kini kau hanya tumbuh di goa-goa yang tak bercahaya

O ,,,gadis penghias malam
Perhiasan hati para hidung belang
O,, gadis di trotoar malam
Siap menari tuk sesuap nasi

O,,, gadis penghias malam
Kau adalah surganya para pemgembara
O,, mawar hitam yang malang
Selalu menjadi cerita,, saat malam tiba



(ATA PADI)
KDR, 5 NOV 2009

KERUK

Keruk,,,,,!
Terus dan tak pernah berhenti
Keruk,,,,,
Lagi dan lagi
Keruk,,,,
Harus sampai kapan
Keruk,,,,
Sungguh aku tak tahan

Keruk,,,,
Hingga telanjang
Kuruk,,,,,
Melihat bimbang
Keruk,,,
Terbawa oleh teruk
Keruk,,,
Tanah-tanah ku kini sudah habis terkikis
Pohon-pohon tumbang,
Alam kini menangis pilu
Tergilas kejamnya roda zaman
Alam ku kini pincang dan kering kerontang
Kayu yang berganti baja
Tak mampu usir bencana
sungguh ulah siapa?
Keruk sampai habis
Oleh tangan-tangan iblis

Tak ada lagi nyanyian alam
Burung-burung pergi mencari sarang
Cacing-cacing yang malang
Terusik oleh tanah yang terkeruk
Dari serakah penguasa zaman

Kami yang hangus terbakar
Hilang tempat berteduh dari pohon-pohon yang tumbang
Kini alam tak ada tempat berpijak lagi
Aku berdiri di hutan yang pincang

(Ata padi)
Alam Bali Utara 5 nov 2009

Buat Pecinta

Darah, api yang mengapi
Mencurat mericik di hati
Kau terluka tapaknya meringis
Mengalir darah kau menagisi
Anjing itu bukan untuknya
Kau tak perlu ragu mencinta
Dia milikmuuuu kawan
Bahkan sseeeeeeeeeeelamanya
Mungkin dia pernah menanam luka di kedua matamu
Menusukkan belati di pantat dan hati kehulu
Menabur garam diantara kulit2 yang terkelut
Tapi kau jangan marah
Dan kau tak akan pernah marah
Kau bukan pemarah
Biar kau berdarah
Cintamu tak punah.....

oleh I Nyoman Alit Suwarbawa,
Singaraja, 07 Des 09

Minggu, 06 Desember 2009

kumpulan puisi W.S. Rendra

Surat Cinta

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa

Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku

Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !


Rumpun Alang-alang

Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal

Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada


Makna sebuah titipan


Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,


kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"



SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah

O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya

Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!

Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.


======
Sajak ini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan
dibacakan Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998




SAJAK SEBATANG LISONG

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan

aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
????????..

menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan

dan di langit
para teknokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam

aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian

bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
???????????

kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata

inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA( itb bandung - 19 agustus 1978 )



Perempuan yang Tergusur

Hujan lebat turun di hulu subuh
disertai angin gemuruh
yang menerbangkan mimpi
yang lalu tersangkut di ranting pohon

Aku terjaga dan termangu
menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding
rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi
dan lalu terbayanglah wajahmu,
wahai perempupan yang tergusur!


Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu.
Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota
oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.

Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya.
Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan,
ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara
ketika ikut demontrasi politik
sebagai demonstran bayaran.

Sebagai janda yang pelacur
kamu tinggal di gubuk tepi kali
dibatas kota
Gubernur dan para anggota DPRD
menggolongkanmu sebagai tikus got
yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.

Didalam hujuan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan
sambhil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?

Impian dan usaha
bagai tata rias yang luntur oleh hujan
mengotori wajahmu.
kamu tidak merdeka.
Kamu adalah korban tenung keadaan.
Keadilan terletak diseberang highway yang bebahaya
yang tak mungkin kamu seberangi.

Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu.
Tetapi aku memihak kepadamu.
Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin
di jidatmu?

O,cendawan peradaban!
O, teka-teki keadilan!

Waktu berjalan satu arah saja.
Tetapi ia bukan garis lurus.
Ia penuh kelokan yang mengejutkan,
gunung dan jurang yang mengecilkan hati,
Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya
puncak penderitaan yang menyakitkan hati,
atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,
selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,
ialah kedudukan kaum terhina.

Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
pada caramu menikmati setiap kesempatan,
pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.

Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana
semak yang berduri bisa juga berbunga.
Menyaksikan kamu tertawa
karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,
diam-diam aku memuja kamu di hati ini.

Cipayung Jaya
3 Desember 2003
Rendra


Sumber: http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t8563.html

Sabtu, 05 Desember 2009

BISNIS POLITIK

Pengap di antara masyarakat
Tanah lapang yang gersang
Aku berdiri di depan
Aku yang mendeklamasikan

Aku pedagang politik
Penghasut seluruh titik
Retorika, aku bisa berkuasa
Aku yang berdagang

Pagi di pasar burung
Dagang obat sedang murung
Tak laku jual obat burung
Karena semua tak punya burung

Aku yang menjual harapan
Dengan modal milliaran
Sejuta janji dan harapan
Meraih untung bergelimpahan

Aku bukan pedagang kangkung
Berharap sedikit untung
Dengan modal yang tanggung
Tapi aku pedagang ulung

Aku pembawa mimpi
Mimpi masyarakat dengan janji
Memberi mereka sebuah rejeki
Mimpi yang tak pernah kan ku tepati

Aku berdagang dengan milliaran
Meraih untung milliaran
Jerit masyarakat kelaparan
Aku makan dan telan

Cewek di Café Dahlia
Membuka rok, melihatkan paha
Siapa meraba akan didenda
Hanya puluhan ribu rupiah

Gadis diranjang Sutra
Melihatkan vagina kemerahan
Melayani nafsu para buaya
Dibayar ratusan ribu rupiah

Profesiku modal milliaran
Sobekan lima puluhan
Aku beli satu contren
Itu puluhan ribu orang

Keahlianku mendeklamasikan
Seperti para betina di Café Dahlia
Merangsang dan menjanjikan
Kelebihanku membayar dan dibayar

Sore itu, jutaan kepala tunduk di kakiku
Aku meracik bumbu di panggung
Supaya tak ragu memilihku
Bukanya aku penipu

Janji dari mulutku yang tak pernah bau
Mereka berseru, hidup pak Tabuu
Pikirku, sungguh orang orang lugu
Suka janji, Padahal ku tipu

Aku bukan penipu tapi penipu
Aku bangsawan tapi bukan cendikiawan
Aku bangsawan pertanian
Aku bangsawan perkebunan, jelasnya penanaman

Petani menanam padi memanen gabah
Singkong pekebun tanam
Singkong juga dipanennya
Sayang aku bukan mereka

Aku penanam milliaran
Memanen tahta dan singgasana
Menjual kuasa kembali modal
Kekuasaan dan milliaran

Aku tikus di ladang
Menyelinap di pematang
Memakan padi milik pak Gadang
Bersembunyi dibalik ular Negara

Kau jangan menangis, kau tak saudara
Kau jangan menunjuk, kau tak membayar
Siapa yang melelang dia ku berikan singgasana
Kau bicara tanpa jutaan, ku lempar ke neraka

Jangan bilang aku serakah
Aku berdagang dari milliaran
Pantasnya aku dapat jabatan dan meliaran
Sebagai raja penguasa

oleh I Nyoman Alit Suwarbawa
Singaraja, 05 Des 09

Jumat, 04 Desember 2009

Ucapan Terimakasi kepada Pak Wayan Artika


Kelas A 2006 PBSI
Kami adalah sebuah keluarga kecil. Kami lahir dari lain rahim dan datang dari lain daerah. Kami bertemu di kelas A Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja bulan September tahun 2006.
Awal pertemuan, belum menemukan jiwa persaudaraan yang sejati pada batin kami. Kelas kami masih terdiri atas beberapa blok. Bahkan ada pemilihan teman diantara kami. Mungkin karena darah dan jiwa kami yang berbeda.
Kami otak otak yang kosong. Kurang refrensi yang kami miliki. Tak tahu kelas itu apa. Sahabat itu apa. Sodara itu apa.
Sewaktu semester 3 kami bertemu dengan bapak Wayan Artika. Beliau adalah dosen yang membimbing mata kuliah drama dan menulis 2 saat itu. Sosok pengarang novel incest itu membimbing kami sehingga tumbuh rasa persaudaraan yang abadi pada diri kami.
Beberapa buku, cara hidup dan apa arti kelas dikenalkan oleh beliau. Saya sendiri sadar bahwa kami adalah keluarga yang harus menjaga, mencinta, menyayangi kelas ini. baik buruk kelas bergantung kepada kami.
Pak Yan kami sebut beliau. Banyak hal yang telah diberikan Pak Yan. Semangat, mental, dukungan, dll. Semua yang telah diberikannya tak sanggup saya tulis semuanya. Kami sangat berterimakasi kepada Pak Yan. Beliaulah yang menjadi inspirasi kami selama ini untuk terus maju, bertanggung jawab dan berkarya.
Dosen yang sering memakai Jins ke kelas ini pernah menyuruh kami untuk mencium uang sebelum dibelanjakan. Ini menarik sekali, dengan itu saya ingat bahwa cucuran kringat orang tua saya selalu menyertai hidup saya di kota panas ini.

Banyak hal yang kami kenang bersama beliau. Belum lagi kelas Pacung I dan II yang membuat persaudaraan kami semakin melekat.

Terimakasi Pak Yan

oleh inas klepon
Mengenang kisah bersama Pak Wayan Artika

Selasa, 01 Desember 2009

HUKUM riMba

hukum rimba negara ku
ini sudah dari zaman bahklat
dari jamnnya raja-raja
sikaya semakin tertawa
simiskin meracu tak jelas

coba kau lihat hukum rimba
siapa yang kuat ia berhak berkuasa,,
memangsa,, menerjang dan menjadi raja
ini sudah biasa,,,
tapi ada yang luar biasa,,

seraut wajah tertunduk lesu
di balik jeruji,, hanya tertunduk malu
mengapa?
apa yang terjadi padanya?
coba kau dengar alasan mereka
hanya mengambil semangka yang bukan punyanya
ia harus menikmati senja di balik pintu besi
dan mengubur sumua mimpi-mimpi
apa karena ia tak mampu menghadirkan jaksa

O, coba kau dengat lagi,,,
direktur buncit tertangkap menggelapkan dana jutaan rupiah
tapi dia masih bisa tertawa bebas
hingga saat ini masih bisa menghirup udara fana
ini adalah hukum,,,
hukum rimba di negaraku
mungkin kareana negaraku banyak memiliki hutan
atau warisan dari zaman raja-raja

AtA pAdI (DW SArtk,,02,12,09)
 

harta karun

bagi teman2/om/tante, bisa bergabung bersama kami untuk menemukan dolar yang akan bisa anda miliki sendiri. mau gabung??? klik saja link di bawah ini...

Sitemeter

pasang barner dapat dolar

yahoo messenger