Paypal Bank Online

bisnis online dengan paypal. klik logo di bawah ini Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

rss

Jumat, 26 Maret 2010

Sup Celedu Dan Telur Ireng


Oleh
Nengah Sudarsana

Terlalu  pagi untuk bangun dipagi hari buat seorang Bornet. Pencari kayu bakar ini tidur pulas di dalam gua yang begitu lembab, hanya diterangi beberapa pantulan cahaya dari air sungai di luar gua. Dia tidur beralaskan jerami yang cukup menghangatkan tubuhnya. Selenting bunyi menggetarkan genderang telinga Bornet, terusik, tubuhnya terasa kaku saat bangun. Karena kemarin dia berjalan sangat jauh untuk mengumpulkan kayu bakar.
Dia berusaha untuk melangkahkan kakinya untuk keluar menuju sumber bunyi itu. Gaungnya sangat keras dan kuat. Dan keberadaannya pun sangat jauh, namun Bornet berpikir dia masih bernegosisi dengan suara hatinya, “Mengapa juga aku mencari suara itu, iya.” Dia membalikkan badan ingin melanjutkan tidurnya, selangkah terhenti, ia gelisah.
            “Tapi suara itu sepertinya tidak asing bagiku, mengapa aku seperti ini, tidak seperti biasanya. Ini sangat dekat dengan diriku. Apa yang sebenarnya terjadi? Lebih baik aku  bertanya kepada Telur Ireng, iya itu jalan satu-satunya.”
Telur ireng adalah telur berwarna hitam dan memiliki kekuatan gaib, dengan mengucapkan “Telur Irenge lalunge akebuuuuut” kemudian telur itu akan berubah wujud menjadi makhluk kecil, aneh, pendek dan mempunyai tangan namun tidak mempunyai kaki. Telur ini dahulu ditemukan oleh Bornet di tengah-tengah hutan yang sangat lebat, pada saat mencari buah polkor di tebing yang sangat curam.
Bornet, dengan ketidak sabarannya mengucapkan, “Telur irenge lalunge akebuuuuut”. Kemudian telur itu berubah menjadi mkhluk pendek, kecil, hitam dan berkata
“Apa yang menyebabkan sobat begitu bingung?” Bornet segera mengungkapkan pertanyaannya,
“Temanku tahukah kau dengan bunyi yang mengusik jiwaku?”
Dijawab oleh Mahkluk itu, “Wahai sobat yang bijaksana, inilah awal keberangkatanmu mencari orang yang telah kau tinggal selama 40 tahun lebih. Kamu akan tau jawabannya, pergilah ke arah matahari terbenam, dalam perjalananmu kamu cukup memberi tanda beberapa pohon agar kamu tidak tersesat, alam sudah menyediakan segalanya. Cukup sampai disini pencarian kayu bakarmu untuk membakarku.”
Bornet menyahut, “Jadi kayu bakar yang aku kumpulkan ini hanya untuk membakar kamu? Mengapa banyak sekali?”
“Aku akan melebur diri menjadi lebah madu di hutan Linggar Catu ini, maka dari itu aku menyuruh kamu teman mencari kayu bakar bukan untuk dijual namun untuk diriku semata. Aku harap teman mengerti. Tolong nanti aku dibakar dalam gua kemudian teman melanjutkan perjalanan yang aku sebutkan tadi.”
 “Kalau begitu aku akan menuruti segala permintaanmu.” Bornet dengan rasa kesetiakawanannya.
            Setelah semuanya berlalu Bornet mengawali perjalanannya dengan memberi tanda pada pohon pertama begitu juga dengan pohon-pohon besar berikutnya. Dalam perjalanannya ia melihat celedu (kalajengking) yang mengerumuni bunga Topey yang begitu indah. Sayang Bornet terlalu tua untuk menempuh jalanan yang begitu jauh di seberang lembah di sana. Tidak habis pikir Bornet mengencingi kerumunan celedu itu. Seketika celedu itu mati, ia memungut satu persatu kemudian ia tempatkan pada kulit kayu ditambah lagi dengan air seninya.
Tanpa pikir panjang ia melahap santapan siangnya yaitu sup celedu dengan bergairah. Dia duduk sebentar sambil mengipas-ngipas dirinya, di depannya ia melihat sebuah kubangan kecil yang airnya sangat jernih sekali. Dia teringat dengan cerita ibunya bahwa di hutan Linggar Catu terdapat taman bidadari yang mengeluarkan aroma wangi dan airnya sangat jernih, konon katanya dapat mengembalikan wajah yang mandi seperti muda kembali (awet muda).
Dari ingatannya itu Bornet kemudian membuka pakaiannya, ia berendam dan menikmati segarnya air telaga itu. Tanpa disengaja dia bercermin di air yang tenang, dari wajah yang keriput menjadi muda kembali seperti pria tampan dan gagah berani. Bornet terkejut dan dia berteriak sekencangnya, “Aku muda kembaliiiiiiiii. Hey ini aku Si Bornet dari Gua Batu.”
            Bornet bergegas memakai pakaiannya yang lusuh, namun wajahnya tidak lusuh lagi bahkan tenaganya, tenaga kuda yang siap berpacu. Dia mengambil kampaknya dan tali yang biasa ia bawa saat mencari kayu bakar. Bornet kembali melanjutkan perjalannya, dia hampir menandai seratus pohon besar yang telah dilewatinya.
            Matahari sudah sejajar dengan tatapannya, ia kemudian mencari tempat untuk beristirahat, dilihatnya gubuk kecil beratapkan jerami dan berdinding anyaman daun kelapa. Didengarnya suara batuk seorang wanita yang sudah tua bersumber dari gubuk kecil itu.
Langkah kakinya mencirikan keraguan hatinya untuk mendekati suara batuk itu, namun rasanya telah terlarut dalam suara batuk itu. Tepat Bornet bediri di depan pintu, sesekali sesekali dia mengetuk pintu bambu sehingga keluar seorang nenek yang jalannya sudah bungkuk memegang tongkat kemudian berkata, “Mencari siapa anak muda?”
Bornet keheranan bahwa dia lupa dirinya sekarang seorang pemuda gagah. Kemudian  Bornet berkata, “Maaf saya tidak bermaksud mengganggu nenek. Apakah nenek sendirian tinggal ditengah hutan ini ?” Nenek itu memperhatikan, memandangi Bornet dari atas sampai bawah. Kemudian si nenek berkata, “Sepertinya wajah kamu tidak asing bagi saya, siapa sebenarnya kamu anak muda?” Nenek itu berusaha mengingat-ingat, namun dia hanya bisa berharap pemuda itu mempunyai maksud yang baik.
            Diceritakan Bornet menginap di gubuk nenek itu kemudian seorang gadis molek yang berparas cantik datang dengan membawa wakul berisi dua ikat kacang panjang yang masih tersisa, tidak laku dijual yang akan dipakai sayur untuk santap malam. Paras cantik yang dimiliki oleh anak pemilik rumah itu mengingatkan Bornet kepada istrinya yang memiliki wajah yang sama persis. Padahal saat itu Bornet tidak memberitahukan nama aslinya dia memakai nama Sobrit sehingga wanita tua tidak mengenalinya.
            Sobrit dari nama samaran Bornet adalah rumusan nama yang akan mematikan Bornet. Bornet dilayani dengan sepenuh hati pemilik rumah apalagi gadis cantik yang bernama Galuh. Semula rencana Bornet numpang nginap adalah satu malam saja namun keadaanya berbeda. Ternyata Bornet tertarik dengan   anak pemiliki rumah tersebut. Bornet berusaha untuk membantu segala kesibukan yang ada  di rumah itu. Bornet berusaha membantu keluarga kecil itu mencari kayu bakar di tengah hutan.
Dia teringat dengan masa keterasingannya selama 35 tahun mencari kayu bakar di tengah hutan seorang diri. Namun kini dia memiliki semangat yang lebih besar untuk membantu keluarga itu. Dengan maksud mendapatkan putrinya tersebut Bornet berusaha memberikan citra yang baik kepada ibu  gadis itu.
            Seiring berjalannya waktu Bornet merajut cinta bersama Galuh mereka tidak buru-buru untuk ke jenjang pernikahan, mereka ingin menikmati masa pacaran lebih lama lagi. Bornet melewati hari-harinya di gubuk itu bersama keluarga kecil itu. Pada malam hari Bornet bermimpi tentang keluarganya dahulu yang dibinanya selama enam bulan enam hari yang berakhir dengan kisah yang tidak mengenakkaan. Bornet terbangun oleh mimpinya itu, dia berusaha mencari air bersih untuk membasuh mukanya agar segar kembali. Dia kemudian duduk di batu besar di pinggir sungai, dia merenung apa arti mimpinya tadi itu. Tanpa disadari seekor ular berbisa menggigit betisnya Bornet merang kesakitan lama kelamaan dia melihat kulit tangannya kembali keriput dan itupun terjadi pada seluruh tubuhnya, ternyata bisa ular itu memnyebabkan Bornet kembali menjadi kakek tua.
Dia tidak mau menerima kenyataan itu kemudian Bornet berusaha untuk mencari telaga ajaib itu. Dengan menahan rasa sakit Bornet seorang tua renta berjalan bertatih-tatih untuk menuju telaga itu, setelah lama perjalannya kepala Bornet terasa pusing dan dia tidak sadarkan diri seluruh kulitnya memar berwarna kebiruan. Tidak lama kemudian Bornet terbangun telah sadarkan diri, dia kemudian mencari-cari telaga itu namun telaga itu sudah tidak ada lagi. Airnya sudah kering.
Bornet kemudian berteriak seolah-olah tidak mau menerima semua itu, “Ini tidak adil bagi seorang Bornet yang lugu. Apa yang sebenarnya kau inginkan….” Dengan suara yang lantang dari Bornet kemudian didengar oleh lebah madu dari kejauhan. Lebah madu sangat yakin suara itu adalah suara Bornet. Tidak terasa matahari sudah tepat berada di atas kepala Bornet, ternyata Bornet terlalu kuat untuk menahan rasa sakit yang dideritanya. Dia hanya bisa pasrah duduk bersandar di pohon selama berhari-hari.
Suara aneh dari kejauhan hingga bergemuruh terasa mendekat, mendekati Bornet, bagaikan angin kencang yang mengamuk. Ternyata ribuan lebah madu membawa madunya untuk mengobati Bornet. Suara terdengar samar dari kumpulan lebah madu itu, “Jangan kau sesali keadaanmu, bangkitlah wahai sobatku! Aku akan selalu membantumu, bersiap-siaplah!” Kemudian Bornet bermandikan madu, Bornet merasakan hal yang luar biasa pada tubuhnya. Bisa ular yang ada ditubuhnya melawan khasiat dari madu dari ribuan lebah itu.
            Akhirnya, tidak disangka tubuh Bornet muda kembali seperti setelah mandi di telaga bidadari itu. Bornet sangat berterimakasih kepada lebah madu itu. Lebah madu itu kembali ke sarangnya yaitu gua batu.  Berhari-hari Bornet meninggalkan Galuh dan Ibunya dengan tanpa ada kabar kemudian Bornet teringat dengan mereka. Dengan tidak berlama-lama kemudian Bornet segera kembali ke gubuk Galuh. Ia berlari seperti kidang alas yang dikejar pemburu. Dengan kakinya yang kuat, ia dapat sampai ke gubuk Galuh  dengan cepat. Sesampai di depan gubuk Bornet melihat Galuh yang sudah mendahului menatapnya. Galuh berkata, “Kang Sobrit dari mana saja? Aku kira Akang tak kan kembali lagi” dengan rasa bersalah Bornet mengungkapkan segala kesahnya dengan memungkiri kenyataan. Tanpa disadari bahwa Galuh sudah mengandung anak Bornet. Galuh menyampaikan segala yang terjadi padanya. Ibunya hanya bias diam seribu bahasa.
            Anak itu dilahirkan, begitu riang gembira keluarga kecil itu. Tidak lama kemudian ibu Galuh meninggal karena asma. Sekarang tinggal Galuh dan Sobrit. Waktu berjalan sangat cepat, Bornet sebagai Sobrit menayakan asal-usul keluarga Galuh mengapa bisa berada di tengah hutan seperti itu.
Setelah Galuh mengungkapkan segala keadaan keluarganya, menceritakan siapa sebenarnya ibunya dan itu merupakan masa lalu Bornet. Bornet tidak kuasa membendung air matanya, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain kalimat dari bibirnya gemetar seperti orang kesurupan. “Jadi kamu anak dari Sunari?”  “Ia, kenapa?” jawab Galuh dengan penasaran. Bornet kemudian memalingkan mukanya dan berkata, “Aku sudah menghamili anakku sendiri.”
 “Apa yang kau katakan Kang Sobrit?” Galuh bingung dengan pernyataan Bornet. Kemudian Bornet menjelaskan pelan-pelan dengan panjang lebar tentang keadaan dirinya. Dia sangat menyesal dan Galuh tidak berbuat apa lagi.
Mereka duduk terdiam memikirkan Aib keluarganya tersebut. Kemudian Bornet meminta bantuan kepada lebah madu, mungkin lebah madu bisa membantunya. Lebah madu memberikan syarat yang sangat sulit untuk dilakukan oleh seorang Bornet. Bornet harus menggali 77 sumur di Bukit Keramat dan meminum airnya bersama Galuh dan  anaknya.
Bornet dengan keras hati untuk berjuang melakukan hal tersebut. Masalahnya hutan itu bukan sembarang hutan, nilai magisnya tanpa tandingan dengan yang lain. Setelah menggali beberapa meter dari permukaan tanah tiba-tiba Bornet tertimbun tanah galian tersebut. Bornet mengakhiri hidupnya di Bukit Keramat dengan harapan Besarnya.
Galuh sangat menderita dan tersiksa dengan keadaannya. Dia menjalani hari-harinya bersama anaknya dalam bayangan aib yang luar biasa.

0 komentar:


Posting Komentar

 

harta karun

bagi teman2/om/tante, bisa bergabung bersama kami untuk menemukan dolar yang akan bisa anda miliki sendiri. mau gabung??? klik saja link di bawah ini...

Sitemeter

pasang barner dapat dolar

yahoo messenger