Jika dunia adalah wadah buat sebagian kehidupan
Lalu buat apa setelah itu akhirat
Kunjungan mereka yang menangis,
entah itu gundah, sedih, atau mungkin dahaga akan wasiat
akan pergi kemana nantinya?
Pilu waktu dingin di langit kelabuku
Tak menunjukkan ramah waktu hari yang cerah
Tak kunjung memberikan sejuk dalam sesak
Tak itu kini dan setelahnya
Kemudian, bila saja rambutmu itu hanyut kepangkuan langit
Dapatkah engkau akan menerimanya?
Apa kau yakin bisa, bodoh?
Sudut kecil yang terlihat dikejauhan
Akan nampak setelah kau mengikis keriputmu
Adalah kewajiban
Serta keharusan yang haus
Walau terjal menjulang dimana-mana
Melotot dan menegangkan urat
Waktu selalu tetap penentunya.
Singaraja, Nov 2008
dG,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar